Nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi antar ruang, yaitu? faktor geologi faktor ketersediaan sumber daya faktor iklim faktor teknologi Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah C. faktor iklim. Dilansir dari Ensiklopedia, nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan asia tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi antar ruang, yaitu faktor iklim. Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. faktor geologi adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. faktor ketersediaan sumber daya adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban C. faktor iklim adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban D. faktor teknologi adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah C. faktor iklim. Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.Pertanyaan Nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di tempat Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu. faktor geologi. › Ekonomi› Hidup Mati Nelayan di Laut… Hidup Mati Nelayan di Laut nan Tergadai Kapal asing perantaraan diizinkan beroperasi di perairan Indonesia saat Orde Baru. Kini, kebijakan serupa kembali menggiring nelayan tradisional terjun ke pertarungan bebas dengan pengusaha perikanan skala besar. KOMPAS/PANDU WIYOGA Kapal penangkap ikan yang terbuat kayu, maupun disebut sekali lagi pompong, berlarik di Pelabuhan Teluk Baruk, Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Rabu 30/3/2022. Matahari masih muda saat sebuah kapal kayu berformat 4 groston gt mulai berlayar. Laki-laki berkulit legam dan berambut dogmatis membawa kapal itu celengkak-celengkok di antara belasan kapal nelayan tidak yang parkir di Pelabuhan Teluk Baruk, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu 26/3/2022. Penangkap ikan di kapal kusen itu merupakan Rustam 48. Dengan kapal kayu atau pompong, anda pergi ke laut untuk mencari ikan tongkol di perairan nan berjarak sekitar 45 kilometer km dari rantau timur Pulau Natuna Besar. Mesin disel berdaya 16 resep kuda di kapal itu meraung dan menyingkirkan bunyi klotok-klotok seperti kapal mainan anak-anak nan dijual di pasar malam. Bau solar perlahan menjulur bermula pelana-sela papan di tegel kapal. ”Memang lain bisa ngebut, tapi mesin ini tak aliansi mengadat sekali kembali,” kata ayah tiga momongan itu dengan senyum berbangga terkembang. KOMPAS/PANDU WIYOGA Rustam 48 berangkat ke laut untuk menggetah iwak tongkol berbunga Pelabuhan Teluk Baruk, Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu 26/3/2022. Rustam menjadi nelayan sejak usia 18 waktu. Sira mengalami dampak gonta-ganti kebijakan perikanan bermula zaman Presiden Soeharto sampai Presiden Joko Widodo. ”Zaman Kemasan Harto, kapal ikan dari Thailand, Vietnam, dan lain-lain, dapat nangkap ikan di sini. Nelayan kecil seperti saya rumpil sekali karena lauk habis dikeruk kapal-kapal asing,” ujarnya membuka merencana. Puas 1985, pemerintah mengizinkan kapal ikan asing KIA beroperasi di perairan nan berjarak 12 mil ke atas berasal tepi laut alias disebut zona ekonomi eksklusif ZEE. Peristiwa ini menimbulkan banyak masalah. Baca lagi Pemerintah Jangan Abaikan Nelayan Tradisional Sebatas 1989, jumlah KIA yang beroperasi di ZEE Indonesia tercatat buah Kompas, 15/5/1990. Namun, jumlah yang sesungguhnya diperkirakan jauh lebih besar dari data resmi nan dikeluarkan pemerintah. Tahun itu, tak terbatas KIA beroperasi di perairan Indonesia dengan izin kedaluwarsa, atau hanya fotokopi izin, dan justru tanpa pemaafan kadang kala. Selain itu, banyak KIA pula melanggar zona tangkap dengan beroperasi di bawah 12 mil Kompas, 18/3/1996. KOMPAS/PANDU WIYOGA Sebuah perahu kayu nelayan bergerak menghindari hujan abu saat menggetah ikan tongkol di perairan yang berjarak sekitar 45 kilometer di sebelah timur Pulau Natuna Besar, Kepulauan Riau, Sabtu 26/3/2022. Membaik Menurut Rustam, jumlah KIA yang beroperasi di Laut Natuna perlahan berkurang pasca- Orde Plonco runtuh. Meski demikian, sebagian KIA masih terus merenda ikan secara ilegal di perairan perbatasan Indonesia. Interferensi KIA hijau moralistis-bermoral surut ketika pemerintah membentuk Eceran Tugas Pembasmian Penangkapan Ikan secara Ilegal pada 2015. Saat itu, ditetapkan prosedur penenggelaman sekaligus terhadap kapal ikan bawah tangan. ”Dua ataupun tiga tahun lalu enak, kapal asing tak cak semau dan ikan pun banyak. Cak hendak nangkap lauk setakat ke perbatasan juga lain khawatir, banyak kapal aparat yang asuh,” ucapnya. Matahari kabur lurus dengan langit saat GPS di pompong Rustam menunjukkan posisi kapal berada di perairan yang berjarak 45 km berpunca Bandar Teluk Baruk. Iwak-ikan tongkol meloncat-loncat di selingkung pompong. KOMPAS/PANDU WIYOGA Rustam 48 menyiapkan umpan yang terbuat dari beberapa jenis benang untuk memancing ikan tongkol di perairan yang berpisah sekitar 45 kilometer di sebelah timur Pulau Natuna Besar, Gugusan pulau Riau, Sabtu 26/3/2022. Dengan sigap Rustam memasang mata pancing, lalu menganyam umpan buatan dari benang wol. Beliau kemudian menghubungkan dua joran di bagian kiri dan kanan kapal. Di setiap joran dipasang panca mata pancing. Lampau dia juga menyandang satu senar dengan lima pepas yang diturunkan dari buritan. Rustam membawa pompong-nya mengitari kawanan tongkol. Hanya beberapa menit kemudian, salah satu umpan disambar seekor tongkol. Dengan cekatan, ia menjajarkan senar. Tongkol itu menggelepar kuat detik diangkat dari laut. ”Seandainya siang seperti ini tongkol sudah mau makan umpan, biasanya nanti dapat tebak banyak,” katanya tersenyum sambil memangkalkan ikan ke dalam kotak es. KOMPAS/PANDU WIYOGA Rustam 48 menangkap iwak tongkol di perairan yang bercerai sekitar 45 kilometer di sebelah timur Pulau Natuna Osean, Kepulauan Riau, Sabtu 26/3/2022. Setelah itu, dia meraih radio dan memberitakan posisinya kepada nelayan bukan. Satu per suatu pompong bukan mendekat. Enam pompong bukan itu lewat ikut bergulunggulung di kempang yang begitu juga Rustam. Dari kejauhan, terlihat siluet para nelayan di buritan pompong masing-masing yang sibuk berkali-kali menyanggang ikan dari laut. Hal itu berlangsung terus menerus sampai matahari beranjak berpangkal cakrawala. Rustam cak menjumlah tangkapan, dan berseru ”boleh 24 ekor nih,” Ikan yang beliau tangkap tahun itu kira-kira total beratnya 40 kilogram kg. Tongkol itu akan datang bakal ia jual ke pengepul dengan harga Rp per kg. Untuk modal menangkap tongkol, Rustam membeli solar Rp dan es alai-belai Rp Setelah dihitung-hitung, nanti ia bakal mengantongi untung sekitar Rp setelah ikan-ikan itu dijual kepada pengepul. Baca Juga KKP Gencar Promosikan Sewa Penggerebekan Ikan KOMPAS/PANDU WIYOGA Ikan tongkol tangkapan pengail menunggu ditimbang di Bandar Teluk Baruk, Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Gugusan pulau Riau, Sabtu 26/3/2022. Persiapan mundur Dalam perjalanan pulang menuju Pelabuhan Teluk Baruk, di kejauhan terlihat cahaya terang benderang di langit malam. Puluhan kapal pukat ring purse seine menghitam bak sebuah pulau yang penuh lampu. ”Sekarang bertambah banyak kapal lautan dari asing daerah begitu juga itu. Kalau begitu terus, lama-lama habis ikan di laut kami ini,” ujarnya getir. Belakangan Rustam juga mendengar tentang rencana hijau pemerintah pertanyaan penangkapan ikan di Laut Natuna. Konsorsium-kawan Rustam bilang, pemerintah akan melelang laut bikin pengusaha besar dan kapal ikan luar. ”Takdirnya bermoral akan dilelang laut ini, maka umur kami pasti bertabur. Kapal-kapal besar perabot tangkapnya makin canggih, apa lain mati kami kalau harus bersaing dengan mereka,” ucapnya geram. KOMPAS/PANDU WIYOGA Bahtera kayu Rustam 48 bergerak pulang saat matahari terbenam setelah menjalin iwak tongkol di perairan yang berjarak sekitar 45 kilometer di arah timur Pulau Natuna Besar, Kepulauan Riau, Sabtu 26/3/2022. Yang dikhawatirkan Rustam itu adalah sistem kontrak penangkapan ikan lakukan industri dalam kawasan dan penghijauan modal asing. Itu merupakan bagian dari garis haluan penangkapan terukur di wilayah tata perikanan WPP RI. Dalam sistem kontrak itu, kuota penangkapan ikan nan ditawarkan kepada setiap tubuh usaha perikanan minimal ton saban waktu dengan masa carter main-main 15 tahun dan bisa diperpanjang. Pemerintah berencana menerapkan politik itu di enam zona pada 11 WPP, terdaftar di WPP 711 yang mencakup Laut Natuna dan Laut China Selatan. Dalam keterangan pers pada 17 Februari 2022, Nayaka Kelautan dan Perikanan Kebal Wahyu Trenggono menyatakan, kebijakan penyergapan terukur terbiasa diterapkan untuk meningkatkan pendapatan negara. Saat ini, pendapatan negara dari sumber sentral perikanan hanya ratusan miliar rupiah per tahun. Menengok sejarah, pemerintah juga pernah menggunakan alasan yang sama momen membebaskan kebijakan lisensi KIA untuk beroperasi di ZEE Indonesia pada 1985. Legiun perikanan dalam kawasan dinilai tidak memadai untuk memanen potensi perikanan kewarganegaraan. Namun, kenyataannya kebijakan itu menimbulkan segudang penyakit. Lebih berpangkal 60 persen KIA nan beroperasi di ZEE Indonesia melakukan transfer lauk di laut minus dokumen ekspor. Alih-alih menambah pendapatan negara, langkah itu tambahan pula mengakibatkan kemalangan yang tidak sedikit Kompas, 18/3/1996. KOMPAS/PANDU WIYOGA Ketua Aliansi Penjala Natuna, Hendri, saat ditemui di Pelabuhan Teluk Baruk, Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Jumat 25/3/2022. Ketua Aliansi Penjala Natuna Hendri menilai, pemerintah medium mengamalkan langkah memulur di sektor perikanan begitu juga yang pertalian terjadi pada 1985 sampai penghabisan 1990-an. Kebijakan penyergapan lauk terukur akan mengerasi nelayan tradisional lagi terjun ke pertarungan bebas dengan pemanufaktur perikanan perimbangan lautan. ”Sesuai namanya, kebijakan penggerebekan terhargai seharusnya mencegah penggerebekan iwak yang berlebihan. Namun, yang akan terjadi lebih lagi sebaliknya, karena kebijakan itu ternyata adalah strategi pemerintah untuk melelang laut kepada pabrikan besar,” introduksi Hendri, Selasa 29/3/2022. Langkah pemerintah nan masa ini bersiap memberlakukan sistem kontrak penggerebekan iwak membuktikan politik belah bambu nan pergaulan ditulis 23 tahun lalu di Kompas masih pula terjadi di Laut Indonesia. Nelayan tradisional nan lemah terus diinjak, sedangkan pabrikan perikanan neraca besar yang kuat semakin diangkat. Baca Juga Kebijakan Penangkapan Tertaksir untuk Siapa Editor MUHAMMAD Fajar MARTA Nelayanikan dengan skala besar yang beroperasi di tempat Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu. a. faktor geologi. b. faktor ketersediaan sumber daya. c. faktor iklim. d. faktor teknologi. Pembahasan
Nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di tempat Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi antarruang, yaitu ....A. Faktor geologiB. Faktor ketersediaan sumber dayaC. Faktor iklim D. Faktor teknologiJawaban yang tepat adalah pada soal tersebut berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu faktor iklim. Menurut Badan Antariksa Amerika Serikat NASA, iklim mengacu pada suhu, kelembapan, dan pola curah hujan secara regional atau bahkan global, dalam jangka waktu yang panjang yakni bertahun-tahun hingga beberapa jawaban yang benar adalah ini dibuat untuk membantu siswa dalam belajar, selayaknya dijelaskan proses penemuan jawaban, bukan hanya hasil bersifat terbuka, dimungkinkan bagi siswa untuk mengeksplorasi jawaban lebih ini tidak mutlak menjamin kebenaran bermanfaatJangan lupa komentar dan sarannya
Nelayanikan dengan skala yang beroperasi dikawasan Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca,suhu,arah angin untuk mencari ikan dilautan,fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi antarruang: ikut menjaring bersama dengan orang-orang berkapal besar ke laut dalam, mengurus kebun kelapa milik orang kaya, dan membuat kue